Bagi memudahkan Anda melihat senarai buku yang kami edarkan, sila klik gambar di bawah. :)

Bagi memudahkan Anda melihat senarai buku yang kami edarkan, sila klik gambar di bawah. :)
Untuk melihat keterangan bagi setiap buku, sila tekan klik dua kali (double click) pada buku yang dipilih. Terima kasih.

Friday, September 12, 2014

BUKU DALAM DEKAPAN UKHUWAH - SALIM A. FILLAH

Keterangan:
- 472 halaman
- Dalam bahasa Indonesia yang mudah difahami
- Ditulis oleh Ustaz Salim A. Fillah

Harga: RM 38

Sepintas lalu tentang buku ini:

Buku ini adalah renungan-renungan sederhana tentang bagaimana membangkitkan kembali kekuatan ummat yang hari ini terserak-serak bagai buih tak bererti. Tentu saja tak hendak muluk, semua ikhtiar itu bermula dari dalam diri kita. 

Di sini, kita menginsafi bahawa iman berbanding lurus dengan kualiti hubungan yang kita jalin pada sesama. Juga bahawa tiap hubungan yang tak didasari iman akan jadi sia-sia. Dan baik iman mahupun ukhuwah, memerlukan usaha untuk meneguhkan dan menyuburkannya.

Selamat datang dalam dekapan ukhuwah.

Thursday, August 7, 2014

PROLOG DUA TELAGA | BUKU DALAM DEKAPAN UKHUWAH


Petikan daripada buku Dalam Dekapan Ukhuwwah m/s 8-14

TELAGA itu luas, sebentang Ailah di Syam hingga San’a di Yaman. Di tepi telaga itu berdiri seorang lelaki. Rambutnya hitam, disisir rapi sepapak daun telinga. Dia menoleh dengan segenap tubuhnya, menghadap hadirin dengan sepenuh dirinya. Dia memanggil-manggil. Seruannya merindu dan merdu. “Marhabban ayyuhal insaan! Silakan mendekat, silakan minum!”

Senyumnya lebar, hingga otot di ujung matanya berkerut dan gigi putihnya tampak. Dari sela gigi itu terpancar cahaya. Mata hitamnya yang bercelak dan berbulu lentik mengerjap bahagia tiap kali menyambut pria dan wanita yang bersinar bekas-bekas wudhunya.

Tapi di antara alisnya yang tebal dan nyaris bertaut itu ada rona merah dan urat yang membiru tiap kali beberapa manusia dihalau dari telaganya. Dia akan diam sejenak. Wibawa dan akhlaqnya terasa semerbak. Lalu dia bicara penuh cinta, dengan mata berkaca-kaca. “Ya Rabbi”, serunya sendu, “Mereka bagian dariku! Mereka ummatku!”

Ada suara menjawab, “Engkau tak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!”

Air telaga itu menebar wangi yang lebih harum dari kasturi. Rasanya lebih lembut dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih sejuk dari salju. Di telaga itu, bertebar cangkir kemilau sebanyak bilangan gemintang. Dengan itulah si lelaki memberi minum mereka yang kehausan, menyejukkan mereka yang kegerahan. Wajahnya berseri tiap kali ummatnya menghampiri. Dia berduka jika dari telaganya ada yang dihalau pergi.

Telaga itu sebentang Ailah di Syam hingga San’a di Yaman. Tapi ia tak terletak di dunia ini. Telaga itu Al Kautsar. Lelaki itu Muhammad. Namanya terpuji di langit dan bumi.

***

Telaga lain yang lebih kecil, konon pernah ada dalam cangkungan sebuah hutan di Yunani. Dan ke telaga itu, setiap pagi seorang lelaki berkunjung. Dia berlutut di tepinya, mengagumi bayangannya yang terpantul di air telaga. Dia memang tampan. Garis dan lekuk parasnya terpahat sempurna. Matanya berkilau. Alis hitam dan cambang di wajahnya berbaris rapi, menjadi kontras yang menegaskan kulit putihnya.

Lelaki itu, kita tahu, Narcissus. Dia tak pernah berani menjamah air telaga. Dia takut citra indah yang dicintainya itu memudar hilang ditelan riak. Konon, dia dikutuk oleh Echo, peri wanita yang telah dia tolak cintanya. Dia terkutuk untuk mencintai tanpa bisa menyentuh, tanpa bisa merasakan, tanpa bisa memiliki. Echo meneriakkan laknatnya di sebuah lembah, menjadi gema dan gaung yang hingga kini diistilahkan dengan namanya.

Maka di tepi telaga itu Narcissus selalu terpana dan terpesona. Wajah dalam air itu mengalihkan dunianya. Dia lupa pada segala hajat hidupnya. Kian hari tubuhnya melemah, hingga satu hari dia jatuh dan tenggelam. Alkisah, di tempat dia terbenam, tumbuh sekuntum bunga. Orang-orang menyebut kembang itu, narcissus.

Selesai.

Tetapi Paulo Coelho punya anggitan lain untuk kisah Narcissus. Dalam karyanya The Alchemist, tragika lelaki yang jatuh cinta pada dirinya sendiri itu diakhiri dengan lebih memikat. Konon, setelah kematian Narcissus, peri-peri hutan datang ke telaga. Airnya telah berubah dari semula jernih dan tawar menjadi seasin air mata.

“Mengapa kau menangis?”, tanya para peri.

Telaga itu berkaca-kaca. “Aku menangisi Narcissus”, katanya.

“Oh, tak heranlah kau tangisi dia. Sebab semua penjuru hutan selalu mengaguminya, namun hanya kau yang bisa mentakjubi keindahannya dari dekat.”

”Oh, indahkah Narcissus?”

Para peri hutan saling memandang. “Siapa yang mengetahuinya lebih daripadamu?”, kata salah seorang. “Di dekatmulah tiap hari dia berlutut mengagumi keindahannya.”

Sejenak hening menyergap mereka. “Aku menangisi Narcissus”, kata telaga kemudian, “Tapi tak pernah kuperhatikan bahwa dia indah. Aku menangis karena, kini aku tak bisa lagi memandang keindahanku sendiri yang terpantul di bola matanya tiap kali dia berlutut di dekatku.”

***

Setiap kita punya kecenderungan untuk menjadi Narcissus. Atau telaganya. Kita mencintai diri ini, menjadikannya pusat bagi segala yang kita perbuat dan semua yang ingin kita dapat. Kita berpayah-payah agar ketika manusia menyebut nama kita yang mereka rasakan adalah ketakjuban pada manusia paling memesona. Kita mengerahkan segala daya agar tiap orang yang bertemu kita merasa telah berjumpa dengan manusia paling sempurna.

Kisah tentang Narcissus menginsyafkan kita bahwa setinggi-tinggi nilai yang kita peroleh dari sikap itu adalah ketakmengertian dari yang jauh dan abainya orang dekat. Kita menuai sikap yang sama dari sesama, seperti apa yang kita tabur pada mereka. Dari jaraknya, para peri memang takjub, namun dalam ketidaktahuan. Sementara telaga itu hanya menjadikan Narcissus sebagai sarana untuk mengagumi bayangannya sendiri. Persis sebagaimana Narcissus memperlakukannya. Pada dasarnya, tiap-tiap jiwa hanya takjub pada dirinya.

Tetapi ‘Amr ibn Al ‘Ash merasakan ketiadaan sikap ala Narcissus pada seorang Muhammad, lelaki yang sesampai di surga pun masih menjadikan diri pelayan bagi ummatnya. ‘Amr telah belasan tahun menjadikan silat lidahnya sebagai senjata paling mematikan bagi da’wah Sang Nabi. Lalu setelah hari Hudaibiyah yang menegangkan itu, hidayah menyapanya. Dia, bersama Khalid ibn Al Walid dan ‘Utsman ibn Thalhah menuju Madinah menyatakan keislaman. Mereka disambut senyum Sang Nabi, dilayani bagai saudara yang dirindukan, dimuliakan begitu rupa.

Bagaimanapun, ‘Amr merasa hanya dirinya yang istimewa. Itu tampak dari sikap, kata-kata, dan perlakuan Sang Nabi padanya. Hari itu dia merasa Sang Rasul pastilah mencintainya melebihi siapapun, mengungguli apapun. Pikirnya, itu disebabkan bakat lisannya begitu rupa yang kelak bermanfaat bagi da’wah. Terasa sekali. Maka dia beranikan diri meminta penegasan. “Ya Rasulallah”, dia berbisik ketika kudanya menjajari tunggangan Sang Nabi, “Siapakah yang paling kau cintai?”

Sang Nabi tersenyum. “’Aisyah”, katanya.

“Maksudku”, kata ‘Amr, “Dari kalangan laki-laki.”

“Ayah ‘Aisyah.” Rasulullah terus saja tersenyum padanya.

“Lalu siapa lagi?”

“’Umar.”

“Lalu siapa lagi?”

“’Utsman.” Dan beliau terus tersenyum.

“Setelah itu”, kata ‘Amr berkisah di kemudian hari, “Aku menghentikan tanyaku. Aku takut namaku akan disebut paling akhir.” ‘Amr tersadar, apalagi sesudah berbincang dengan Khalid dan ‘Utsman, bahwa Muhammad adalah jenis manusia yang membuat tiap-tiap jiwa merasa paling dicinta dan paling berharga. Dan itu bukan basa-basi. Muhammad tak kehilangan kejujuran saat ditanya.

Nabi itu indah dan menakjubkan memang. Tapi yang paling menarik dari dirinya adalah bahwa berada di dekatnya menjadikan setiap orang merasa istimewa, merasa berharga, merasa memesona. Dan itu semua tersaji dalam ketulusan yang utuh.

***

Di buku ini, Dalam Dekapan Ukhuwah, kita ingin meninggalkan bayang-bayang Narcissus. Kita ingin kecintaan pada diri berhijrah menjadi cinta sesama yang melahirkan peradaban cinta. Dari Narcissus yang dongeng, kita menuju Muhammad yang menyejarah. Pribadi semacam Sang Nabi ini yang akan menjadi telisik pembelajaran kita. Inilah pribadi pencipta ukhuwah, pribadi perajut persaudaraan, pembawa kedamaian, dan beserta itu semua; pribadi penyampai kebenaran.

Tak ayal, kita harus memulainya dari satu kata. Iman. Karena ada tertulis, yang mukmin lah yang bisa bersaudara dengan ukhuwah sejati. Iman itu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan amal dengan perbuatan. Kita faham bahwa yang di hati tersembunyi, lisan bisa berdusta, dan amal bisa dipura-pura. Maka Allah dan RasulNya telah meletakkan banyak ukuran iman dalam kualitas hubungan kita dengan sesama. Setidaknya, terjaganya mereka dari gangguan lisan dan tangan kita. Dan itulah batas terrendah dalam dekapan ukhuwah.


Dalam dekapan ukhuwah kita menghayati pesan Sang Nabi. “Jangan kalian saling membenci”, begitu beliau bersabda seperti dicatat Al Bukhari dalam Shahihnya, “Jangan kalian saling mendengki, dan jangan saling membelakangi karena permusuhan dalam hati.. Tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara..”

Dalam dekapan ukhuwah kita mendaki menuju puncak segala hubungan, yakni taqwa. Sebab, firmanNya tentang penciptaan insan yang berbangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal ditutup dengan penegasan bahwa kemuliaan terletak pada ketaqwaan. Dan ada tertulis, para kekasih di akhirat kelak akan menjadi seteru satu sama lain, kecuali mereka yang bertaqwa.

Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah. Jadilah ia persaudaraan kita; sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.

Dalam dekapan ukhuwah, kita akan mengeja makna-makna itu, menjadikannya bekal untuk menjadi pribadi pencipta ukhuwah, pribadi perajut persaudaraan, pembawa kedamaian, dan beserta itu semua; pribadi penyampai kebenaran. Dalam dekapan ukhuwah, kita tinggalkan Narcissus yang dongeng menuju Muhammad yang mulia dan nyata. Namanya terpuji di langit dan bumi.

***

Ah, tapi jika semua tadi masih terasa sulit dan melangit, mari kita sederhanakan Dalam Dekapan Ukhuwah ini dengan sabda Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam yang menghimbau kita untuk bercermin. Seperti Narcissus. Tapi bukan di telaga. Dan pemaknaannya pun jadi berbeda.

“Mukmin yang satu”, kata Sang Nabi, “Adalah cermin bagi mukmin yang lain.”

Bercerminlah, tapi bukan untuk takjub pada bayang-bayang seperti Narcissus, atau telaganya. Menjadikan sesama peyakin sebagai cermin berarti melihat dengan seksama. Lalu saat kita menemukan hal-hal yang tak terkenan di hati dalam bayangan itu, kita tahu bahwa yang harus kita benahi bukanlah sang bayang-bayang. Kita tahu, yang harus dibenahi adalah diri kita yang sedang mengaca. Yang harus diperbaiki bukan sesama yang kita temukan celanya, melainkan pribadi kita yang sedang bercermin padanya.

Itu saja.

Selamat datang dalam dekapan ukhuwah. Aku mencintai kalian karena Allah.

Salim A Fillah.


Sunday, March 16, 2014

BUKU BAHAGIANYA MERAYAKAN CINTA - SALIM A. FILLAH

Keterangan:
- 544 halaman
- Dalam bahasa Indonesia yang mudah difahami
- Ditulis oleh Ustaz Salim A. Fillah

Harga: RM 47

Sepintas lalu tentang buku ini:

Buku ini menghuraikan tentang 3 perayaan cinta berlandaskan ucapan doa kepada pasangan pengantin baru.

1. Cintamu sehangat ciuman bidadari. Merayakan cinta dengan barakah dalam hal-hal yang kita sukai

Saat mereka mendoakan, ”Baarakallahu Laka…”

Kubisikkan padamu, ”Cintamu sehangat ciuman bidadari…”
Kau menjawab, ”Ada barakah di kala bidadari cemburu.”

2. Dalam badai, dekaplah aku lebih erat. Merayakan cinta dengan barakah pada hal-hal yang tidak kita sukai

Ketika mereka meminta lagi pada Allah, ”Wa baarakallahu alaika…”
Lirikanmu menusuk hatiku, ”Dalam badai, dekap aku lebih erat!”
”Bersama barakah, masalah akan menguatkan jalinan,”begitu kau kuyakinkan.

3. Genggam tanganku, rasakan kekuatan cinta. Merayakan cinta dalam penyatuan sejati, penyatuan dalam kebaikan.

Lalu mereka menutup, ”Wa jama’a bainakum bi khaiir…”
Maka tangan kita saling berpaut dan jemarinya menyatu,
”Genggam tanganku, rasakan kekuatan cinta!”
Maka sempurnalah tiga perayaan cinta…
_____

Di saat apapun barakah itu membawakan kebahagiaan. Sebuah letup kegembiraan di hati, kelapangan di dada, kejernihan di akal, dan rasa nikmat di jasad. Barakah itu memberi suasana lain dan mencurahkan keceriaan musim semi, apapun masalah yang membadai rumah tangga kita.

Barakah itu membawa senyum meski air mata menitik. Barakah itu menyergap rindu di tengah kejengkelan.

Barakah itu menyediakan rengkuhan dan belaian lembut di saat dada kita sesak oleh masalah.

Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta…

Monday, June 3, 2013

STOK BARU BUKU DALAM DEKAPAN UKHUWAH

Alhamdulilah! Stok buku Dalam Dekapan Ukhuwah tulisan Ustaz Salim A. Fillah baru sahaja sampai dan masuk rak buku jualan Hikmah Book Shop.

Maklumat lanjut berkenaan buku ini, mohon baca di [sini]

Monday, April 15, 2013

BUKU PROPHETIC PARENTING: BAB KELIMA

MEMPENGARUHI JIWA ANAK

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Berteman dengan Anak

Pertemanan memainkan peranan penting dalam memberikan pengaruh pada jiwa anak. Seseorang adalah cerminan dari temannya, karena mereka saling belajar satu sama lain. Berteman dengan anak dilakukan karena termasuk hak anak untuk berteman dengan orang dewasa untuk belajar dari mereka, agar dirinya tertata, akalnya terlatih, dan kebiasaannya menjadi baik

2. Menanamkan Kegembiraan pada Anak

Anak-anak sangat menyukai kegembiraan. Kegembiraan memberikan dampak positif pada jiwa anak, berupa kebebasan dan kehidupan bagi jiwa, juga menjadikannya siap untuk menerima perintah, anjuran, dan pengarahan. Rasulullah sendiri memiliki beberapa cara untuk memberi kebahagiaan pada anak, diantaranya adalah: menyambut kedatangan mereka, mencium dan bercanda, mengusap kepala, menggendong dan menimang, memberikan makanan, dan makan bersama mereka.

3. Mengadakan Perlombaan dan Memberikan Hadiah bagi Pemenang

Perlombaan dan kompetisi secara umum dapat menggerakkan semangat manusia, apalagi bagi anak-anak yang memiliki perasaan dan kemampuan terpendam yang tidak diketahui dan hanya dapat diketahui ketika dirinya dihadapkan dengan orang lain yang harus dikalahkan secara kompetitif. Perlombaan dan kompetisi adalah suatu metode untuk memberikan kegiatan, mengarahkan bakat dan kecenderungan anak. Selain itu, manfaat lain metode ini adalah menumbuhkan jiwa bermasyarakat dan menjauhkan anak dari kesendirian. Anak akan berlatih untuk memahami bahwa dalam kehidupan ada kalanya menang dan di waktu lain kalah. Metode ini perlu diterapkan pada saat yang tepat dan memberikan hadiah bagi pemenang.

4. Memotivasi dan Mendukung Potensi Anak

Orangtua sebaikanya memberikan motivasi kepada anak-anak mereka, dan di antara dukungan yang baik adalah mendukung anak untuk melakukan perbuatan baik, misalkan membaca dan mengumpulkan buku. Anak yang mendapat motivasi dan dukungan atas apa yang dilakukannya, cenderung akan berusaha meningkatkan kemampuan mereka dalam hal tersebut.

5. Memberikan Pujian dan Sanjungan

Pujian dan sanjungan dapat menggerakkan perasaan anak, sehingga dia dapat memperbaiki perilaku dan perbuatannya. Hati si anak akan merasa senang mendengar pujian dan akan terus melakukan perbuatan yang terpuji.

6. Bermain bersama Anak

Bermain bersama anak dapat membantunya untuk mengungkapkan segala pikiran dan perasaan yang dia pendam. Orangtua yang sering bermain bersama anak akan lebih dekat secara psikologis dengan anak mereka, sehingga si anak pun merasa nyaman untuk bersikap terbuka dan berbagi segala permasalahan yang dia hadapi. Dengan begitu, orangtua pun akan lebih mudah untuk memberi bantuan dan mengarahkan si anak menjadi pribadi yang lebih baik.

7. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Ada 4 metode yang dapat digunakan, yaitu: [1] menguatkan keinginan anak (membiasakannya menyimpan rahasia dan berpuasa), [2] membangun kepercayaan sosial, [3] membangun kepercayaan ilmiah, dan [4] membangun kepercayaan financial.

8. Panggilan yang Baik

Ini dilakukan untuk menarik perhatian anak dan membuatnya siap untuk menerima pembicaraan. Memanggil anak kecil dengan beragam panggilan menjadikannya merasa dianggap penting di tengah orang-orang dewasa. Shingga si anak akan lebih mudah menurut dan mengerjakan segala perintah dengan kegembiraan.

9. Mengabulkan Keinginan dan Mengarahkan Bakat Anak

Semakin muda usia anak, semakin harus dikabulkan keinginannya. Hal tersebut disebabkan karena anak merasa bahwa apa yang dia minta, itulah yang dia butuhkan. Apabila tidak dikabulkan, dia akan kesal dan marah serta melakukan hal-hal yang tidak baik atau tidak layak.

10. Melakukan Pengulangan Perintah

Pengulangan perintah perlu dilakukan agar berpengaruh pada jiwa anak, sehingga si anak menuruti dan melaksanakan perintah. Agar anak menjadi terbiasa, orangtua harus mengulang perintah lebih dari satu kali karena si anak pasti akan melakukan kesalahan. Ketika si anak melihat dan mendengar sesuatu lebih dari satu kali, dia akan belajar dan menjadi terbiasa dengan hal tersebut.

11. Bertahap dalam Menanamkan Pendidikan

Pada sub bab ini lebih ditekankan kepada pendidikan shalat. Tahap pertama, yaitu tahap menyaksikan, dimulai dari pertama kali si anak dapat berjalan dan berbicara, hingga usia tujuh tahun. Tahap kedua, yaitu tahap perintah, dari usia tujuh tahun hingga usia sepuluh tahun. Tahap ketiga, yaitu tahap hukuman, dari usia sepuluh tahun sampai seterusnya, dimana orangtua dibolehkan untuk memukul si anak jika tidak mengerjakan shalat.

12. Memberikan Janji dan Ancaman

Ancaman yang dimaksudkan di sini bukan ancaman yang menakutkan dan membuat jiwa anak merasa ngeri. Melainkan hanya sekadar mengingatkan kepada anak akan imbalan bagi suatu amalan dan hukuman apabila melakukan suatu kesalahan. Rasulullah menggunakannya dalam banyak kesempatan, salah satunya dalam masalah berbakti kepada kedua orangtua. Beliau menganjurkan untuk berbakti kepada kedua orangtua dan memberikan ancaman atas perbuatan durhaka. Hal itu dilakukan beliau agar si anak menurut, terpengaruh, dan jiwa serta perilakunya menjadi baik.

Bagi maklumat tempahan buku ini sila klik di [sini]

Friday, April 12, 2013

BUKU PROPHETIC PARENTING: BAB KEEMPAT

MEMPENGARUHI AKAL ANAK

Pada bab ini, pembahasan diteruskan pada cara-cara mempengaruhi akal anak agar si anak tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan tetap memegang nilai-nilai kebaikan. 

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orangtua, seperti:

1. Menceritakan Kisah-kisah

Kisah-kisah memainkan peranan penting dalam menarik perhatian anak dan membangun pola pikirnya. Bahkan kisah menempati peringkat pertama sebagai landasan asasi metode pemikiran yang memberikan dampak positif pada akal anak. Kisah-kisah kenabian sangat dianjurkan untuk diberikan kepada anak, karena menanamkan kepercayaan akan sejarah serta rasa keislaman pada diri anak. Salah satu kisah yang sangat dianjurkan untuk dibagikan kepada anak adalah kisah Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar.

2. Berdialog Langsung ke Inti Persoalan

Dialog dengan anak sebaiknya dilakukan secara langsung dengan kalimat yang jelas. Kalimat ambigu sama sekali tidak berguna dalam berdialog dengan anak-anak. Hal ini sesuai dengan tabiat pemikiran anak yang menuntut kalimat-kalimat singkat dan jelas.

3. Berbicara Sesuai Kadar Akal Anak

Anak-anak memiliki keterbatasan, yaitu akal dan pikirannya yang masih dalam masa pertumbuhan. Pengetahuan kedua orangtua dan guru tentang tingkatan pertumbuhan akal anak akan memudahkan mereka dala memberikan solusi bagi berbagai masalah yang dihadapi anak. Orangtua akan mengetahui kapan harus berbicara dengan anak, kalimat apa yang harus digunakan, dan pola pikir apa yang akan diungkapkan.

4. Tanya-Jawab

Metode tanya-jawab dapat merangsang pertumbuhan akal anak dan meluaskan wawasannya, serta menambah semangat anak untuk menyingkap berbagai inti permasalahan dan esensi dari berbagai kejadian sehari-hari. Dengan tanya-jawab, anak dapat mengungkapkan apa yang terlintas dalam benaknya, dan bertanya tentang berbagai hal yang belum dia ketahui. Selain itu, pikiran anak juga dapat menjadi lebih terbuka sehingga mampu ikut serta dalam diskusi orang dewasa.

5. Melatih Anak dengan Beraktivitas

Aktivitas akan melatih indera anak sehingga menghasilkan pengetahuan. Ketika si anak mulai tumbuh dan menyibukkan diri dengan suatu pekerjaan, hal tersebut dapat merangsang kesadaran akalnya sehingga dia dapat mengamati bagaimana cara melatih inderanya dan meniru pekerjaan tersebut. Dengan cara itulah si anak dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan mempelajarinya setahap demi setahap. Pada akhirnya, pekerjaan tersebut dapat membuka wawasan anak dan memperdalam pengetahuannya.

6. Mengarahkan Anak untuk Meneladani Rasulullah

Keterikatan seorang anak kepada Rasulullah membuatnya menjadi manusia yang sempurna. Karena pikirannya menjadi terbuka untuk mempelajari jalan hidup pemimpin para rasul, pemimpin seluruh umat manusia, dan kekasih Allah. Selain itu, akal anak juga akan dipenuhi oleh keimanan. Orangtua cukup menceritakan di hadapan anak-anak mengenai sejarah beliau, akhlak beliau, dan berbagai pertempuran yang pernah beliau hadapi, dalam rangka memupuk rasa cinta kepada Nabi sehingga mereka berusaha untuk meneladani dan mencontoh perilaku beliau.

Bagi maklumat tempahan buku ini sila klik di [sini]

Wednesday, April 10, 2013

BUKU PROPHETIC PARENTING: BAB KETIGA

METODE MENDIDIK ANAK ALA NABI

Bab ini membahas tentang metode Nabi dalam mendidik anak. 

Pertama, menampilkan suri tauladan yang baik. Orangtua wajib memperhatikan tingkah lakunya, karena mayoritas yang ditiru oleh anak berasal dari keduaorangtuanya. Apabila mereka melihat kedua orangtua berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran, demikian seterusnya. 

Kedua, mencari waktu yang tepat untuk memberi peringatan. Hal ini dikarenakan sewaktu-waktu anak bisa menerima nasihat, namun terkadang juga pada waktu yang lain anak justru menolak keras. Apabila orangtua sanggup mengarahkan si anak untuk menerimanya, pengarahan yang diberikan akan memperoleh keberhasilan dalam upaya pendidikan. 

Ketiga, bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak. Hal ini bertujuan agar si anak tidak menganggap orangtuanya lebih condong kepada saudaranya, sehingga diharapkan si anak tidak berubah menjadi liar dan penuh kedengkian.

Keempat, menunaikan hak anak, sehingga dapat menumbuhkan perasaan positif dalam diri anak dan mengajarkan bahwa kehidupan tidak hanya menerima, namun juga memberi. Selain itu, anak juga dapat dilatih untuk tunduk kepada kebenaran, dan tidak menjadi orang yang tertutup dan dingin. 

Kelima, membelikan mainan untuk anak. Maksudnya di sini adalah secara seimbang dan tidak berlebihan. Disebutkan bahwa Rasulullah pernah mengakui bahwa mainan memiliki arti penting bagi anak-anak dan adanya kecintaan mereka pada benda-benda kecil yang berbentuk dan memiliki rupa. Orangtua seharusnya dapat membeli mainan untuk anak mereka sesuai dengan usia dan kemampuan si anak. Tujuannya agar pikiran dan indera anak dapat terangsang dan tumbuh berkembang sedikit demi sedikit. 

Keenam, membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan. Tujuannya untuk mendorong si anak agar selalu menurut dan mengerjakan perintah, serta mendorong anak agar berinisiatif menjadi orang terpuji. Dengan begitu, anak dapat terdorong untuk meraih kesuksesan. 

Dan terakhir, tidak suka marah dan mencela. Metode tersebut digunakan untuk menumbuhkan perhatian mendalam dan rasa malu pada diri si anak. Jika orangtua sering mencela anak, ditakutkan si anak justru akan memandang remeh segala celaan dan perbuatan tercela sehingga mereka tidak lagi merasa sungkan untuk melakukan perbuatan tercela.

Bagi maklumat tempahan buku ini sila klik di [sini]

Payment Confirmation

Nama
E-mail
Nombor Telefon
Jenis pembayaran
Pilihan Bank Maybank
CIMB
Keterangan Bayaran [Jumlah RM | Tarikh | Masa]
Alamat Penghantaran

Click here to put a form like this on your site.

  ©HIKMAH BOOK SHOP - Todos os direitos reservados.

Template by Dicas Blogger | Topo